Bekerjalah dan Biarkan Orang Lain yang Menilai Pekerjaanmu

Sepenggal kisah :

“Di suatu negeri antah berantah, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh raja yang bijaksana. Negeri itu merupakan negeri yang paling makmur di antara negeri-negeri yang lainnya. Rakyatnya sangat setia kepada sang raja, apa pun keputusan yang ditetapkan raja selalu dipatuhi oleh para rakyat tanpa pertimbangan ini dan itu, tanpa ada seorang pun yang mempertanyakan alasan sang raja dalam membuat keputusan. Para rakyat sudah yakin bahwa raja mereka pasti membuat keputusan yang baik bagi negerinya, mengingat negeri antah berantah tersebut dibangun atas peluh darah dan keringat seluruh rakyat dari perjuangan melawan tirani kekuasaan sebelumnya sehingga terpilihlah raja baru dari pilihan rakyat yang membawa harapan baru bagi seluruh rakyat.

Hingga suatu masa, negeri tersebut mengalami kemunduran di mana rakyat melihat bahwa sang raja tidak lagi berorientasi pada komitmen awal, yaitu membangun peradaban bagi negerinya. Akhirnya, ketaatan rakyat mulai luntur dan selalu mempertanyakan mengapa begini dan begitu mengenai keputusan raja sehingga hal ini dimanfaatkan oleh kelompok tirani lama untuk merebut kembali kekuasaan.

Singkat cerita, sang raja ingin menguji ketaatan rakyatnya. Raja memerintahkan agar seluruh rakyatnya mengisi kendi yang diletakan di tengah-tengah tanah lapang dengan sesendok madu murni. Ternyata ada rakyat yang berpikiran, “Jika saya menuangkan air ke dalam kendi tersebut, pasti tidak akan ketahuan. Apalah artinya satu sendok air di dalam satu kendi madu? Pasti tidak akan ketahuan.” Ternyata, yang berpikiran seperti itu tidak satu orang saja melainkan seluruh rakyat di negeri itu. Secara satu per satu, rakyat mengisi kendi yang telah disediakan. Akhirnya setelah sang raja melihat isinya, kendi tersebut hanyalah berisi penuh air putih. Sang raja pun akhirnya marah besar kepada rakyatnya.”

Sahabat sekalian, kisah di atas merefleksikan peristiwa yang kerap kali terjadi di lingkungan kita bahkan tidak mustahil terjadi pada diri kita. Yaitu ketika kita bekerja dalam suatu tim yang punya cita-cita mulia dan jelas tapi tidak pernah mengalami kemajuan karena kerja-kerja kita yang “jorok”. Ketika kita merasa bahwa ketua tim tidak mampu memimpin dan membuat keputusan hanya untuk kepentingannya sendiri, kita malah ikut-ikutan menarik diri dari tim sehingga hanya menunggu meledaknya bom waktu yang menghancurkan tim kita. Lalu, siapakah yang membuat bom waktu itu? Jawabannya adalah orang-orang yang tidak percaya lagi dengan pemimpinnya dan tidak mau berkontribusi untuk tim.

Sahabat sekalian, bekerjalah kalian dan jangan sekali-sekali mempertanyakan apa yang kalian peroleh setelah kalian melakukan hal ini dan itu. “Bekerjalah kamu, biarkan Allah, Rasul dan orang-orang mukmin yang akan menilai pekerjaanmu.” Biarkan orang lain yang menilai pekerjaanmu itu dan mereka akan memberikan hal yang pantas untuk kita. Janganlah merasa kecewa karena merasa kita telah berpeluh keringat untuk kepentingan bersama namun kerja kita itu tidak dihargai. Ingatlah bahwa “Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” Jadi, jika kita merasa kecewa seperti itu maka buatlah orientasi komitmen kembali pada diri sendiri bahwa sebenarnya kita bekerja bukan untuk orang lain tapi untuk diri kita sendiri dan kelak kita akan memperoleh hasilnya. “Dan tidaklah seseorang akan mendapatkan kecuali apa yang telah diusahakannya.”

Sahabat sekalian, mulai saat ini buanglah rasa kecewa yang ada dan tetaplah bekerja sepenuh hati. Jika memang kalian memiliki tim yang bekerja secara “jorok”, maka jadilah kalian seperti mutiara di dalam lumpur. Tetap bersinar meskipun berada di tengah-tengah tanah yang pekat.


sumber : http://wandiwahyudi.web.id/?p=342



wallahu 'alam bisshowb
Kebenaran datangnya hanya dari ALLAH

Comments