Sarjana Teknik

Sarjana Teknik (ST) dan gelar kesarjanaan lainnya, dalam suatu obrolan ringan kami saat itu, hanya akan menambah deret yang semakin panjang nama kita, tidak lebih. Gelar ini, dalam konteks kompetitif akademik menunjukkan derajat seseorang yang pintar dan siap untuk di spesifikasikan lebih dalam pada bidang tertentu, atau bahasa lainnya adalah Siap Training. Gelar ST, dilihat dari kaca mata kaum marjinal dan penerima raskin, adalah suatu harapan yang bukan pilihan. Harapan karena tidak semua individu dari kumpulan tersebut dapat mengenyam bangku kuliah dan kemudian meraih gelar ST. Agar harapannya tidak sia-sia, mahasiswa penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ini mempertaruhkan harga diri menghadapi caci maki birokrat kampus karena meminta keringanan biaya kuliah dan harus tegar menerima diskriminasi sosial dari kaum borju yang luntur empati.

Meraih gelar sarjana tidaklah mudah. Banyak huruf yang harus dipilih untuk membentuk rangkaian kata dan paragraf dalam setiap jilid makalah ataupun paper. Ada angka yang minta dikalkulasikan dengan kali, tambah, ataupun bagi. Tapi itu masih sederhana, padahal di setiap ratusan lembar dan bahkan ribuan lembar referensi dan jurnal, ada integral, enthalpi, thetta, dan formula lain yang membuat kepala pening, perut mual, dan kemudian tertidur ngantuk. Tapi juga tidak sulit, karena banyak sebagian mahasiswa yang santai dan hanya menginspeksi kawan sekitar, menganalisa kerjaannya, dan kemudian menimbang-nimbang, apakah layak untuk di approve (tiru) atau harus mencari lagi sdm dengan kualitas kerjaan yang terbaik, wuihh benar-benar mirip inspector dan recruiter. Sepertinya mereka cocok duduk di bagian inspeksi dan HRD. Sarkasme dari mahasiswa tipe ini adalah tukang plagiat (mungkin saya salah satunya), meski harus diakui tetap dibutuhkan kecerdasan untuk menyeleksi rangkaian huruf dan angka tadi.

Karenanya, tidak mengherankan jika ada sebagian alumni mahasiswa yang berafiliasi pada jobseeker company alias pengangguran sering berargumen bahwa setelah lulus gua harus kerja di perusahaan bonafit dan mendapatkan gaji yang gede, segede badan dan perut gua yang makin berontak membesar, kayak bayi yang dalam pertumbuhan, montok! Alumni mahasiswa (atau masih mahasiswa) ini tetap PD menyiapkan segala amunisi. Mulai dari riwayat organisasi yang beruntun memanjang ke bawah, padahal sedikit pun dia tidak tahu manfaat dari keterlibatannya dalam setiap organisasi yang ditulisnya! Ada juga amunisi daftar training dan seminar yang entah apa yang dibicarakan dan dilatih di forum tersebut, karena yang dicari hanya sertifikat! Ada granat daftar kepanitiaan yang pernah diikutinya selama beraktivitas di kampus. Padahal hampir semua orang tahu, yang bekerja maksimal dalam sebuah kepanitiaan hanya satu orang, yaitu ketua panitia yang merangkap sebagai sekretaris umum, sekaligus sebagai ketua bidang A sampai Z dan bahkan juga staf. Semuanya dibahas, dilakukan, dan diperintah oleh dirinya sendiri, yaitu ketua panitia seorang (ekstrimnya)! Seketika, jadilah CV yang melangit tak membumi. Amunisi telah siap, tapi dia lupa menyiapkan senjata. Senjatanya terkorosi, bisu tak beroperasi. Ketika amunisi siap dilesakkan, senjatanya ogah-ogahan melontarkan. Akhirnya hanya dapat terkulai lemah, memandang lemas segudang daftar amunisi yang entah nyata atau hanya imaji.

Tapi ada yang lain. Disaat sebagian mahasiswa (dan alumni mahasiwa) sibuk menyiapkan diri meraup ceceran materi dari berbagai multi national company, ada orang-orang (juga mahasiswa) yang sibuk dengan membagi ilmu yang sudah dikuasai. Atau paling tidak, mahasiswa pasti bisa mengajar anak SD dan SMP. Ada anak SD depan rumah kita yang boro-boro mampu mengikuti les tambahan, untuk biaya bulanan saja harus mengandalkan biaya BOS secara full, meskipun biaya tsb juga sudah dipotong berbagai kebutuhan intansi sekolahnya, tak tahulah untuk apa itu. Bisa jadi anak SD ini bertipikal seperti Lintang dalam buku Laskar Pelangi nya Andrea Hirata. Mutiara tetaplah mutiara, meski hidup di tengah selokan hitam yang kotor dan bau. Tapi mutiara harus dicari. Ada juga anak-anak SMP yang mulai mencari jati diri, siapa saya? Itu kata guru PPKn sewaktu SMP. Bahkan sering kali proses pencarian tersebut bermuara pada rokok, obat-obat terlarang, tawuran, serta pornografi. Potret remaja tersebut jelas terlihat dari koran-koran seribuan yang head line tulisannya besar-besar, tapi isinya tidak ada. Kalo kata penyiar radio SK dalam acara Dedel Duel, yaitu Abdel Achrian, isinya ya head line nya itu.. salah satu tulisannya begini, LIMA SISWA SMP NONTON FILM PORNO BARENG SELEPAS PULANG SEKOLAH, SAMBIL MEROKOK DAN NENGGAK PIL KOPLO. KARENA TERANGSANG, ANAK TETANGGA UMUR LIMA TAHUN DIPERKOSA RAME-RAME. TIDAK TERIMA ANAKNYA DIPERKOSA, SANG AYAH MEMBACOK KELIMA SISWA SMP TSB SATU PERSATU. Cermin buruk ini ditambah dengan tayangan sinetron remaja yang SAMA SEKALI TIDAK MENDIDIK!!! Prihatin.

Meski tidak sepenuhnya salah, mahasiswa yang memilih untuk apatis dan cenderung oprtunis, kerap kali berpikir praktis dan tidak kritis serta egois untuk mengatakan bahwa saya adalah seorang Sarjana Teknik yang saya raih dengan darah dan air mata pribadi, baik dengan predikat cumi laut (cum laude) ataupun hanya dengan predikat ke laut bagi mahasiswa (ST) dengan IPK hanya dua koma. Tetapi keegoisan ini tidak sepenuhnya benar. Darimana uang praktikum dan pembelian alat mahal jika hanya mengandalkan BOP mahasiswa sebesar 1.5 juta saja? Pemerintah menyuntikkan biaya kepada PTN berdasarkan program block grant nya. Dana yang diberikan sebesar/sejumlah kemampuan PTN dalam menelurkan para wisudawan/wati. Setiap kepala yang keluar, dihargai dengan rupiah tertentu. Jadi, di setiap ilmu yang kita dapat di perguruan tinggi, ada andil pemerintah disana. Dan sebagian besar dana pemerintah didapat dari sektor pajak yang nota bene nya adalah uang rakyat!!! Masih mau sombong dengan gelar kesarjanaan?

Semuanya hanya masalah pilihan. Menjadi sarjana egois atau menjadi apapun, kita lah yang menentukan. Tapi kata-kata tetangga saya yang secara diam-diam saya dengarkan terasa sangat menusuk, JADI SARJANA ATAU NGGA, SAMA AJA DENGAN YANG LAINNYA. PALING-PALING TETEP AJA NGGA ADA KONTRIBUSINYA DI MASYARAKAT!!!


wallahu 'alam bisshowb
Kebenaran datangnya hanya dari ALLAH

Comments