Eko Kurniawan:
Mengejar Mimpi sebagai Eksekutif  Puncak Perusahaan Telko Dunia
Anda jangan coba-coba membujuk Eko Kurniawan  untuk pulang ke Indonesia dalam waktu dekat. Ajakan itu pasti ditolaknya  secara halus. Maklum, ia sudah membulatkan tekadnya akan balik ke Tanah  Air 10-15 tahun lagi. Alasannya, ia ingin mengejar mimpi sebagai  eksekutif puncak (dewan direksi) di perusahaan telekomunikasi 5 besar  dunia. Dan ia memperkirakan cita-cita itu bakal tercapai tahun 2020-25. 
Jika melihat posisinya kini sebagai Manajer Test  Progamme T-Mobile Inggris, tampaknya memang perjalanan jauh mesti  ditempuh Eko untuk menuju level board of director. Meski  demikian, ia tidak berkecil hati. Ambisi itu cita-citanya sejak dulu  yang diupayakannya untuk terwujud. 
Dengan jabatannya sekarang, tanggung jawab Eko  adalah memimpin program integrasi dan pengujian perangkat sistem  telekomunikasi di operator seluler internasional. Hebatnya, profesional  yang bergabung dengan T-Mobile sejak Desember 2007 itu terbilang sukses  melakukan integrasi dan uji coba sentra SMS di beberapa cabang T-Mobile  di Eropa. Tidak puas dengan prestasi itu, ia berharap, ”Target jangka  pendek: bisa menyelesaikan program yang saya pimpin dengan sukses.”
Ia konsisten meniti karier di ranah  telekomunikasi. “Bidang ini saya minati dan berpotensi besar untuk  pindah ke luar negeri,” ucapnya. Pucuk dicita ulam pun tiba. Kesempatan  itu datang di tahun 2007 ketika T-Mobile mencari kandidat yang memiliki  keahlian di bidang SMS dan integrasi sistem.
Sebelum melalangbuana, Eko sempat berkarier di  dalam negeri. Mula-mula ia bekerja sebagai system administrator salah  satu perusahaan Internet service provider di Bandung. “Waktu  itu saya masih kuliah dan kira-kira satu tahun sebelum lulus bekerja di  perusahaan tersebut,” Eko menuturkan perjalanan kariernya. Setelah itu,  ia pindah ke PT FirstWAP Mobile Internet Services, Jakarta, 2001-03.  Selanjutnya, Juni 2003-05, ia menjadi System Integration Engineer –  Mobile Communication SchlumbergerSema (kini dikenal sebagai  Gemalto) di Jakarta. 
Eko mengaku keinginannya bekerja di  mancanegara tebersit sejak bekerja di Schlumberger. Kebetulan, kala itu  ia dikirim ke luar negeri untuk mengerjakan beberapa proyek. “Saya  sangat menikmatinya dan sejak itu merancang strategi untuk bisa bekerja  di luar negeri dengan cara melakukan riset skill-skill yang  sedang dicari, kemudian berusaha mendapatkan skill di  Indonesia,” ujar sarjana teknik telekomunikasi dari STT Telkom, Bandung  ini.
Menurut Eko, umumnya perusahaan di Eropa  menerapkan budaya meritokrasi. Nah, untuk menyiasatinya, kiat utama yang  dibutuhkan adalah terus berprestasi dalam bekerja dan membuktikan  integritas, sehingga bisa mendapat kepercayaan dan respek dari rekan  kerja dan atasan. Baginya, ritme dan budaya kerja di Eropa relatif tidak  sekeras di Indonesia, sehingga nilai plus ini dapat dimanfaatkan untuk  keunggulan kompetitif pekerja dari Indonesia, yaitu terbiasa bekerja long  hours dan under pressure. 
Banyak suka-duka yang dialami Eko selama berada di negeri orang.  Pengalaman menariknya, dapat bekerja di lingkungan multikultural. “Di  tim saya, kewarganegaraannya sangat beragam,” ia menambahkan. Ada yang  dari Afrika Selatan, Selandia Baru, Inggris, Kanada, India, bahkan ada  yang dari Afganistan. Ia pun benar-benar merasakan asyiknya bekerja di  proyek internasional yang kompleks, karena harus menangani lima cabang  T-Mobile di Eropa dan aktivitas sehari-harinya lebih banyak dijalani  melalui telephone conference. 
Sementara pengalaman dukanya adalah soal komunikasi dan budaya.  Pasalnya, orang Inggris memiliki tradisi mengatakan sesuatu secara halus  atau tersirat. Mulanya ia butuh waktu untuk memahami apa maksud  sebenarnya dari komunikasi rekan-rekannya. Selain itu, karena T-Mobile  berpusat di Jerman, ia juga harus pintar-pintar beradaptasi dengan  budaya Inggris yang bertolak belakang, karena kultur Jerman lebih to  the point dalam berkomunikasi.
Kelak, jika Eko kembali ke Indonesia, banyak  hal yang hendak dijalankannya, antara lain mengajar di almamaternya dan  menjadi konsultan perusahaan-perusaha an lokal. “Juga, mendirikan  perusahaan agar membuka lapangan kerja,” kata peraih master bidang ilmu  komputer dari Universitas Indonesia ini.
Eva Martha Rahayu dan Darandono
wallahu 'alam bisshowb
Kebenaran datangnya hanya dari ALLAH
Comments