Sektor Tambang Masuk Fase Konsolidasi

23 Januari 2009 | 09:38 WIB

Egenius Soda
egen@majalahtambang

Jakarta-TAMBANG
Sektor pertambangan dilantai bursa menjadi favorit pilihan investor terutama ketika harga komoditi pertambangan mengalami booming. Akan tetapi ketika memasuki fase kedua, Periode Juli-Desember 2008, saham sektor pertambangan mengalami koreksi yang cukup dalam. Dan saat ini dari hasil analisa teknikal Optima Securities, saham saham sektor pertambangan memasuki fase konsolidasi. Hal ini terlihat dari indikator Bollinger Band yang menyempit.

Disebutkan selama fase konsolidasi, baik sinyal beli dan jual akan saling bergantian yang mengindikasikan kekuatan bear dan bullish cukup berimbang. Dalam periode satu bulan terakhir, sell signal telah muncul pada 13 Januari atau fase bearish setelah sebelumnya keluar buy signal pada 5 Januari. Buy signal tersebut terlihat valid hanya dalam tiga hari mengingat indikator Williams %R telah masuk area overbought.

Sell signal muncul setelah middle Bollinger band break ke bawah sementara itu garis MA cenderung bearish cross over. Diluar faktor tehnikal, tekanan terhadap saham BUMI masih sangat besar hingga beberapa kali mengalami auto rejection ke bawah yang turut memberikan sentimen negatif terhadap saham pertambangan lainnya.

Berikut hasil analisa teknikal dari Optima Securities,

Bumi Resources (BUMI) Sell On Strength: TP Rp 730
Dengan menarik garis dari tahun 2007, apabila BUMI mengalami tehnikal rebound karena major trend masih bearish, level untuk melakukan profit taking ada diposisi 570 (Fibonacci 161,8%), 730 (Fibonacci 150%) dan 890 (Fibonacci 138,2%). Karena penurunan harga yang begitu ekstrim dari posisi puncak 8.750 (10 Juni 2008) ke level terendah yakni 385 (16 Januari) atau telah anjlok 95,6%. Diskon harga yang sudah sangat dalam tersebut apalagi sudah masuk area oversold membuka peluang untuk terjadi minor bullish.

Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA) Sell: TP Rp 6.750
Level 8.050 merupakan resistant kuat saat ini dan mengikuti tren bearish yang terjadi, jika harga mencapai 7.550 bertepatan dengan Fibbo 38,2% sebaiknya profit taking dan bisa melakukan buy back kembali dikisaran 7.250 (Fibbo 61,8%) atau lebih rendah lagi yakni 6.750 (Fibbo 100%) dan apabila harganya anjlok hingga di bawah 5.000 maka strong buy karena sudah terdiskon sangat dalam serta melewati Fibbo 161,8% diposisi 5.950.

Aneka Tambang (ANTM) Sell: TP Rp 1.000
Level 1.250 merupakan resistant jangka pendek yang merupakan posisi tertinggi pada 9 Januari. Seiring dengan tren bearish yang mengarah pada koreksi harga maka target untuk satu bulan mendatang berada pada kisaran 1.000 bertepatan dengan Fibbo 138,2% sedangkan support kuat ada di level 980 atau berada pada Fibbo 150%.

Timah (TINS) Sell: TP Rp 1.070
Dari Fibonacci ratio 100%, level 1.070 merupakan target support pertama sedangkan support berikutnya 990 bertepatan dengan Fibbo 138,2%.

Bayan Resources (BYAN) Buy On Weakness: TP Rp 1.000
Level 850 merupakan support kuat serta favorit untuk melakukan entry sedangkan level 1.000 sebagai resistant pertama bertepatan dengan hitungan Fibbo 100%. Apabila resistant pertama tembus maka resistant selanjutnya ada diposisi 1.060 (Fibbo 138,2%).

International Nickel Indonesia (INCO) Sell: TP Rp 2.175
Level 2.800 merupakan resistant pertama sebagai base untuk profit taking sedangkan support ada dilevel 2.175 bertepatan dengan Fibbo 61,8%. Jika support di level tersebut tembus maka support berikutnya ada diposisi 1.780 (Fibbo 100%).

Adaro Energy (ADRO) Buy: TP Rp 880
Entry level bisa dilakukan pada posisi 470 yang merupakan support kuat sedangkan level 880 merupakan resistant untuk profit taking bertepatan dengan Fibbo 38,2%. Level 910-980 terdapat gap yang terbentuk pada bulan Oktober sekaligus terdapat target dikisaran 1.015 (Fibbo 50%) yang sekaligus akan menutup gap tersebut.


wallahu 'alam bisshowb
Kebenaran datangnya hanya dari ALLAH

Comments