Panik Saham ?

Mirip seperti mata uang yang pada awalnya berfungsi sebagai “alat” tukar, saham pada awalnya dimaksudkan sebagai “alat” bukti kepemilikan seseorang terhadap sebuah perusahaan.

Namun dikemudian hari mata uang ataupun saham yang semula hanya sebagai “alat” mulai berubah menjadi “tujuan”. Adanya nilai relatif antara satu mata uang dengan mata uang negara lain ataupun selisih dari harga beli dan harga jual sebuah saham berangsur angsur merubah mata uang ataupun saham menjadi komoditas yang di perdagangkan.

Sama seperti “alat” lainnya misal handphone (HP), saat dipakai sebagai alat komunikasi maka HP menjadi alat yang sangat berguna bagi manusia, namun saat HP dipakai untuk melempar orang lain, HP tiba tiba berubah menjadi alat pembunuh.

Itu sebabnya saat permainan saham dipakai sebagai “alat” untuk mengenal jati dirinya, maka pemain saham konservatif seperti Warren Buffet bisa menjadi orang paling kaya di dunia. Bahkan pada tahun 2006 Buffet menyumbang $30 milyar ke yayasan Bill dan Melinda Gates.

Satu pernyataan yang menarik dari beliau adalah :”Yang paling saya sukai dari kekayaan adalah “proses” mendapatkannya, bukan kekayaannya itu sendiri”. Artinya orang paling kaya di dunia seperti Buffet menjadikan kekayaan hanyalah sebagai “alat” untuk mengenal dirinya, bukan sebagai “tujuan” hidupnya.

Saat Anda telah mengetahui rahasianya, Anda tidak lagi perlu melakukan panic selling saat harga harga saham berjatuhan karena Anda telah menjualnya jauh jauh hari di saat harganya masih tinggi atau mulai membeli saham saham unggulan disaat orang lain khawatir untuk mengambilnya.

Tidakkah Anda ingin mengetahui “cara” berfikir seorang Warren Buffet dan menerapkannya dalam kehidupan Anda sehari hari ?

wallahu 'alam bisshowb
Kebenaran datangnya hanya dari ALLAH

Comments